Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Pak Senyum, Tebar Kebahagiaan Melalui Pentol

*Note: latar dan tokoh nyata, namun cerita fiksi. Dibuat untuk memenuhi tugas membuat contoh feature pada sebuah pelatihan jurnalistik setahun silam.  *** Sore hari di jalan utama Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan, Jombang selalu ramai oleh para santriwan dan santriwati yang pulang dari sekolah ke asrama masing-masing. Jalan sepanjang Sungai Njoso penuh oleh canda tawa, mengudara di antara para santri yang ribut tergesa kembali ke asrama, membeli jajanan, hingga mengantri wartel untuk menelepon bapak ibu di rumah. Di antara kerumunan santriwati, berdirilah seorang lelaki paruh baya dengan senyum merekah lebar yang sedang sibuk melayani pesanan dari para pembelinya, menyunduk pentol-pentol ke dalam plastik, lalu menambahkan saus dan kecap sebagai penyedap.

Ketika Sore Datang

Aku selalu bahagia ketika sore datang. Ketika matahari beranjak pulang ke peraduan, ketika para petani membawa pulang cangkul dan kerbau mereka dari sawah, ketika para buruh mengayuh sepeda mereka keluar dari tempat parkir pabrik yang sumpek, ketika para bebek berbaris riuh digiring pulang ke kandang, ketika para bujang dan anak-anak lelaki membawa pulang bola plastik mereka setelah lelah bermain di latar dekat rumah Pak RT sedangkan para anak perempuan sudah cantik dan menebarkan wangi sabun.

Kesempatan Memilih

Jika Tuhan memberimu kesempatan untuk bisa memilih bagaimana  kau terlahir di dunia, apa yang akan kau minta? Aku tak akan meminta apa-apa lagi pada Tuhan. Tak ada yang akan kukatakan padaNya selain bahwa Dia telah memberikanku hidup paling sempurna yang bisa kubayangkan. Tak akan ada yang kuubah, cukup seperti sebagaimana seharusnya. Menikmati sore yang semilir, ditemani langit jingga yang mulai menggelap, lengkap dengan sayup-sayup suara anak-anak mengaji di surau kampung, apalagi yang bisa kulakukan selain mensyukurinya?

a Little Thing Called Kindness

Siapa bilang berbuat baik itu sulit? Apa susahnya berhenti menyapu sebentar untuk membiarkan beberapa semut melintas, sehingga mereka tidak mati tersapu? Apa susahnya mengapresiasi seorang bapak pengamen di terminal yang telah menyanyikan sebuah lagu Ebiet G. Ade dengan merdu dan penuh penghayatan di tengah hiruk pikuk penjual lumpia dan bakpao?

Writer's Block: The Sound of Fear

Beberapa waktu terakhir saya sering menemukan diri saya lama diam di depan layar sambil berpikir keras: hayo gimana cara nulisnya?! Rupanya produktivitas menulis saya sangat jauh merosot dibanding jaman SMP. Saya belum membicarakan soal kualitas, karena saya menyadari saya memang belum ada apa-apanya, yang saya bicarakan di sini baru sebatas kuantitas. Selama ini saya menulis sekedar untuk diri saya sendiri, jika anda lalu bertanya mengapa beberapa tulisan saya bagikan di blog...