Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Menjadi Kakak

Bagian terbaik dari menjadi seorang kakak adalah melihat adik kecilnya tumbuh dengan baik. Lihat dia, dia bukan lagi adik kecil yang dulu bisa kugendong dengan mudah di pundakku saat menonton pertunjukan topeng ireng di lapangan desa. Dia telah tumbuh menjadi gadis cantik yang cemerlang. Lihat? Bahkan dia sudah pintar berdandan. Bibir dan pipinya bersemu merah muda. Tapi kau tahu apa yang paling membuatnya terlihat begitu manis? Gigi kelinci dan lesung pipi yang muncul saat ia tersenyum dan tertawa. Persis seperti punyaku. Aih, sudah kubilang kan, dia benar-benar adik perempuanku. Aku tak bisa berhenti tersenyum lebar setiap melihatnya melintas. Jas putihnya melambai tertiup angin karena biasanya ia berjalan agak tergesa. Kacamatanya melorot karena hidungnya pesek, sama seperti hidungku. Kadang-kadang keningnya berkerut. Hmm, praktik kerja langsung di rumah sakit sungguhan agaknya cukup membuatnya pusing dan lelah, eh? Itulah kenapa aku selalu menunggunya disini. Tak ada yang bisa kula

kenapa harus bikin to-do list

Saya baru sadar saat buka-buka binder jaman SMA dan menemukan satu bagian penuh dengan sticky notes warna-warni tercoret-coret. They were my to-do lists. Setelah saya ingat-ingat lagi, dulu saya hobi banget bikin to-do list, ditempel di balik cover binder dan ditulis pake spidol warna-warni. I wrote almost everything I should do even it was just "minjem novel HP" or "njemur klambi", lengkap dengan deadlinenya. Selain itu ternyata dulu saya juga selalu bikin kalender bulanan. Yang saya ingat, rasanya puas sekali ketika bisa mencentang kotak to-do list dan menyilang tanggal hari-hari yang udah terlewati. Apalagi kalau berjalan dengan baik. Sejak kuliah saya udah jarang sekali bikin to-do list, apalagi serapi ini. Paling-paling menjelang pekan ujian waktu tugas lagi banyak-banyaknya atau waktu organisasi lagi hectic-hecticnya banyak gawean desain, baru saya bikin to-do list dan ditempel sekenanya. Mungkin di lemari, rak buku, atau binder. Entahlah dimana aja yang p

Sebuah Upaya untuk Menggentayangi Rofiatul Uja

Having best friends is the best part of being high school student, and this post is about one of them. Let's call her Uja. Tanggal 12 bulan Mei tahun lalu, Uja secara resmi jadi 21 tahun. Dan hari tepat hari ini, dia resmi jadi 22 tahun. Kalau kami masih di pondok, mungkin saya, Bobix, Minang, dan temen-temen yang lain udah menyelinap ke kamarnya, bawa cupcapke atau kue ala-ala, dan yang paling penting demi suasana syahdu dan keestetikan foto yang dihasilkan: lilin. Lampu dimatikan, Uja dibangunkan paksa, lalu, "Seeelamaat ulang tauun, kaami ucapkaan~", kemudian Uja akan prengas-prenges malu-malu kucing sambil kucek-kucek belek.  Aih, kangennya. Sayangnya, ternyata kami udah empat tahun lulus dan nggak bisa saling kasih surprise ke kamar masing-masing lagi. Saya di Solo, Uja di Malang sama Bobix, Minang di Surabaya (dan sekarang udah lulus), dan temen-temen yang lain udah tersebar dimana-mana. Kalau salah satu dari kami ulang tahun, yang bisa kami lakukan selain mengirim