Langsung ke konten utama

Sebuah Upaya untuk Menggentayangi Rofiatul Uja

Having best friends is the best part of being high school student, and this post is about one of them. Let's call her Uja.

Tanggal 12 bulan Mei tahun lalu, Uja secara resmi jadi 21 tahun. Dan hari tepat hari ini, dia resmi jadi 22 tahun. Kalau kami masih di pondok, mungkin saya, Bobix, Minang, dan temen-temen yang lain udah menyelinap ke kamarnya, bawa cupcapke atau kue ala-ala, dan yang paling penting demi suasana syahdu dan keestetikan foto yang dihasilkan: lilin. Lampu dimatikan, Uja dibangunkan paksa, lalu, "Seeelamaat ulang tauun, kaami ucapkaan~", kemudian Uja akan prengas-prenges malu-malu kucing sambil kucek-kucek belek. 

Aih, kangennya.

Sayangnya, ternyata kami udah empat tahun lulus dan nggak bisa saling kasih surprise ke kamar masing-masing lagi. Saya di Solo, Uja di Malang sama Bobix, Minang di Surabaya (dan sekarang udah lulus), dan temen-temen yang lain udah tersebar dimana-mana. Kalau salah satu dari kami ulang tahun, yang bisa kami lakukan selain mengirim doa dari kejauhan paling-paling upload instastory, chat selamat ultah, atau group video call.

Sebenarnya, di usia ini saya mulai merasa nggak lagi perlu mengglorifikasi hari ulang tahun. It's just another day we'll pass everyday, cuma kebetulan format tanggal dan bulannya sama dengan hari ketika kita dilahirkan aja. Refleksi kehidupan, doa selamat sejahtera sehat sentosa, menunjukkan afeksi lewat berbagai medium entah kue, instastory, kado, atau apapun, seharusnya bisa dilakukan di hari apapun yang kita mau. Tapi, yaudah lah. Kadang memang kita butuh momen. Meskipun tidak terasa sepenting dulu, toh saya juga masih menikmatinya.

Oke, kembali ke Uja. Jadi Mei lalu nggak banyak yang kami lakukan kecuali video call. Eh, iya nggak, ya? Saya nggak yakin, tapi biasanya begitu. Hahaha. Maaf ya, Ja. 

Setelah lewat beberapa bulan, tepatnya di bulan Juli ketika akhirnya terpaan jadwal kuliah, ujian, organisasi, dan tetek bengeknya mulai surut, tiba-tiba muncul semangat buat bikin sesuatu yang unyu-unyu buat Uja. Dari SMP dulu, sebenernya seneng banget bikin-bikin buat kado. Entah scrap book, stop motion, foto digabung-gabung dipigura, dsbg dsbg. Hasilnya pasti awut-awutan sih, tapi entah kenapa semakin awut-awutan justru rasanya semakin spesial. Orisinil. Kado yang dibuat sendiri punya kebahagiaan yang berlapis. Bahagia waktu mikir-mikir "kado apa ya yang belum pernah dia dapet dari orang lain, yang kalo dia liat bikin dia ketawa dan inget aku?". Bahagia waktu proses pembuatan yang pasti makan waktu, dengan bayangan macam-macam reaksi yang akan muncul untuk setiap bagian dari kado itu. Bahagia waktu kadonya udah jadi, dan puncaknya adalah waktu kadonya sampai dan si penerima beneran seneng. Rasanya kayak hati saya mengembang beberapa kali lebih besar. Senengnya sampe ke tenggorokan. Ehehehehehe

Long story short, saya memutuskan bikin album foto dan kali ini pengerjaannya digital alias kalo manual kelamaan dan menghabiskan lebih banyak duit. Apalagi ndesain grafis sebenernya asik selama nggak dikejar-kejar deadline. Tanggal ulang tahunnya udah terlanjut kelewat, jadi mari tidak tergesa-gesa menyelesaikannya. 

Ah ya, sponsor utama kado kali ini adalah aplikasi corel draw ilegal dan freepik.com (aku padamu, freepik!). Saya pun memulai project ini dengan mengumpulkan foto-foto jaman SMA dari sana-sini dan searching vektor-vektor unyu dari freepik. Karena udah terlalu lama nggak ndesain sesuka hati tanpa kriteria konten atau deadline yang membayangi, searching vektor semau saya ternyata semenyenangkan itu. Saya mulai excited dan nggak sabar untuk cepet-cepet ngerjain.

Dimulai di bulan Juli, dikerjakan sambil magang di RSJS, dicetak akhir Juli, dan baru sampai ke si penerima entah di bulan Agustus atau malah September. Biasa. Kalo soal telat-telatan, yasmin jagonya.

Setelah melewati perjalanan panjang, ketika akhirnya sampai ke Uja, senengnya saya udah meluber kemana-mana. Uja mengupload setiap halamannya sampai instastory dia macam garis batas provinsi, titik-titik. Dan saya, yang udah entah berapa kali mengamati tiap detail halaman baik sebelum maupun setelah dicetak, masih menontoni setiap story Uja satu per satu, berulang-ulang. Bener, emosi itu nular. Bahagianya saya nular ke Uja dan nular kembali lagi ke saya.

Foto-foto di bawah adalah sebagian isi dari album itu. Beberapa halaman terlalu spesial dan intim (atau memalukan) sehingga cukup kami saja sebagai penikmatnya. Sisanya yang saya upload disini, semoga bisa selalu jadi pengingat tentang sepotong masa mondok yang geje-gemes-manis, tentang makhluk-makhluk unik bernama teman, dan khususnya tentang Uja. Pada akhirnya, semoga saya nggak akan lupa untuk terus berterima kasih sama Allah. 

Soal seberapa spesial sih Uja ini, mungkin nggak akan bisa terwakilkan cuma dari foto-foto di bawah. Yang jelas, siapapun bisa jatuh hati bahkan dari pertama kenal dia. Dan semakin kamu kenal Uja, kamu akan pelan-pelan menyadari kalau manusia ini salah satu spesies langka yang mau berapa lamapun kamu kenal dia, dia nggak berubah. Uja nggak pernah nggak sabar. Uja nggak pernah nggak penuh perhatian. Uja nggak pernah nggak geje. Uja yang polos, lucu, masio kadang ngowohan tetep aja cantik banget, buaik, jujur, gemesno, dan dia selalu seperti itu dari pertama saya kenal sampe sekarang. Uja nggak pernah berhenti menjadi Uja yang saya kenal. Dan itulah kenapa saya nggak pernah berhenti sayang sama dia.

Ketika kamu udah kenal Uja, kamu bisa jadi sangat marah ketika tau ada yang berani-beraninya bikin Uja sakit hati. Kamu bisa jadi sangat khawatir ketika tau ada yang Uja hadapi dan kamu nggak tau apakah itu sesuatu yang baik atau enggak. Kamu bisa jadi sangat takut Uja kenapa-kenapa.

Tapi di lain waktu, kamu tau kamu bisa selalu datang ke Uja ketika kamu butuh. Kamu tau Uja akan selalu siap nemenin kamu dan seberapa nyusahin atau nyebelinnya kamu, dia nggak pernah marah. Saya nggak tau gimana menurut orang lain, tapi buat saya, manusia satu ini bener-bener one of a kind. Too precious to be forgotten. Hahaha. Mungkin kalau dia baca ini sekarang, dia bakal senyum-senyum geje lalu lama-lama ngakak. Beberapa waktu terakhir meskipun saya nggak bisa menghubungi dia sesering dulu, saya tau Uja tau kalau saya nggak pernah berhenti sayang sama dia.

Sekali lagi, semoga dengan catatan dan album ini saya nggak akan lupa untuk terus berterima kasih sama Allah.
































































Komentar