Langsung ke konten utama

kenapa harus bikin to-do list



Saya baru sadar saat buka-buka binder jaman SMA dan menemukan satu bagian penuh dengan sticky notes warna-warni tercoret-coret. They were my to-do lists. Setelah saya ingat-ingat lagi, dulu saya hobi banget bikin to-do list, ditempel di balik cover binder dan ditulis pake spidol warna-warni.
I wrote almost everything I should do even it was just "minjem novel HP" or "njemur klambi", lengkap dengan deadlinenya.
Selain itu ternyata dulu saya juga selalu bikin kalender bulanan. Yang saya ingat, rasanya puas sekali ketika bisa mencentang kotak to-do list dan menyilang tanggal hari-hari yang udah terlewati. Apalagi kalau berjalan dengan baik.

Sejak kuliah saya udah jarang sekali bikin to-do list, apalagi serapi ini. Paling-paling menjelang pekan ujian waktu tugas lagi banyak-banyaknya atau waktu organisasi lagi hectic-hecticnya banyak gawean desain, baru saya bikin to-do list dan ditempel sekenanya. Mungkin di lemari, rak buku, atau binder. Entahlah dimana aja yang penting mudah tertangkap mata. Dan beberapa semester terakhir, saya hampir nggak pernah melakukannya. Hmmm.... Makanya akhir-akhir ini sering nggak terorganisir, luntang-luntung dari hari ke hari, progres lambat... Bisa jadi ini salah satu penyebabnya.

Bagi manusia males dan pelupa semacam saya, to-do list ini sebenernya penting banget. Kayaknya sepele tapi dia punya buanyak peran sekaligus: they improve memory, self-organization, self-efficacy.

Gimana bisa?

Pertama, jelas-jelas to-do list membantu membuat ingatan lebih baik dan mencegah hal-hal penting terlewat. For those who have a weak and short memory (just like I do), to-do list really help to avoid troubles. Bayangin pernah kelupaan ngerjain tugas makalah dan baru inget h-1 jam nggak? Atau udah lewat deadline baru sadar kalo ada tugas? Kalau pernah, mari bergandengan tangan dan ayo kita buat to-do list bareng-bareng. Hahaha.

Kedua, ketika bikin to-do list, sambil mendaftar apa aja yang harus dilakukan, kita akan sambil membayangkan "kapan aku akan melakukannya", "aku bakal ngerjain ini dulu baru yang ini lalu yang itu", dan "gimana aku bisa menyelesaikan ini semua dalam waktu sehari/seminggu". Karena udah ada bayangan, jadi kita bisa lebih mudah menyesuaikan diri. Mau ngapa-ngapain enak. Ketika tugas dan kewajiban numpuk, waktu nggak kemudian molor bertambah panjang untuk ngasih kita kesempatan menyelesaikannya. We can't control time, dia tetap akan berjalan 24 jam sehari, nggak peduli kamu lagi gabut atau punya segepok tugas untuk diselesaikan. But we do can control ourselves. We can manage what should we do in such a constant time the world has given to us. That's why it should be called self-management instead of time management (but yhaa, as long as people get the point, then no problem to call it in anyway sih 🤷🏻‍♀️).

Capek itu pasti dan istirahat itu harus. Apalagi kalau kerjaan lagi numpuk dan godaan rebahan males-malesan lagi memuncak. Nah dengan to-do list, kita bisa tau batas, "aku boleh istirahat sekarang tapi nanti aku harus ngerjain lagi jam segini biar bisa selesai". Atau seenggaknya dia bisa menimbulkan rasa bersalah buat males-malesan karena kita tau ada ini-itu yang harus dilakukan tapi malah nggak dikerjain. It avoids distraction. We know we have important things to do, so why do we waste time on unfaedah activities? Godaan nonton film, skip. Godaan scroll timeline, skip. Godaan ngedrakor, skip. Goler-goler kelaman, skip. Yah, seenggaknya sih idealnya begitu. Kemungkinan khilaf akan semakin kecil.

Ketiga, it improves self-efficacy. Saya nggak bohong ketika bilang ada kepuasan sendiri waktu mencentang kotak to-do list dan menyilang tanggal hari yang udah dilewati, apalagi kalau berjalan dengan baik. Rasanya kayak, "Nyooh!".
Ada setitik rasa puas dan bangga sama diri sendiri, entah disadari atau enggak. Bahkan ketika nggak berjalan dengan baik, tetap akan ada kelegaan disana karena kita udah melewatinya. Bukan kewajiban kita untuk selalu menjadi sempurna (dimana itu juga nggak mungkin), tapi seenggaknya kita jadi bisa berterima kasih sama diri kita sendiri karena meskipun nggak semua hal berjalan dengan baik dan kadang kita buat masalah, toh kita tetap bertahan dan melewatinya. Hehe.

At the end of the day, melihat-lihat kembali to-do lists yang udah tercentang semua akan membuat kita tersenyum. Bersyukur udah diberi kekuatan untuk bisa melewati semuanya. Dan kita jadi yakin, kemarin kita bisa centangin semua kotak, seberapapun berat dan pusingnya. Kita udah belajar. Kita udah berusaha. Jadi apapun yang akan datang besok dan seterusnya, seharusnya akan lebih mudah untuk dihadapi, kan?

Well, it seems like I should start using to-do list again from now on.

how hard I tried to motivate myself back then
 


Komentar