Langsung ke konten utama

if you got a chance to be young once again, what would u do? --thoughts on 18 Again

kemaren saya baru aja ngelarin maraton drama 18 Again di tv dan hasilnya malem ini, waktu ngetik tulisan ini, mata saya bengkak dan pedes banget grgr kebanyakan nanges. 


awal nonton 18 Again hari jumat lalu. minggu lalu adalah minggu yang cukup berat karena ada serentetan ujian seleksi. akhirnya semua tetek bengek perseleksian selesai juga. tinggal berdoanya aja sama sabar-sabar nunggu pengumuman tgl 4 sama 5 juli = 10 hari lagi = sue tenaaan leh. 


demi mendistract diri sendiri dari ketidaksabaran (plus buat self-reward haha ha), sorenya langsung cuss maraton series. sebenernya saya lagi ngikutin series Ms. Marvel sama Link, tapi berhubung masih belum update juga akhirnya nyari-nyari drama di WeTV yg free wkwk ketemulah si 18 Again ini, sering denger katanya bagus banget, dan beberapa kali liat klipnya sliweran di timeline. agak maju mundur sebelum mulai, karena masalah utama nonton drama: saya takut terlalu attached. hehe. drama nih kan panjang ya eps nya, dan 18 again ni genrenya drama keluarga-romance gitu loh. pasti banyak gonjang-ganjing emosi selama nonton. 

tapi akhirnya nonton juga sampe selesai.

kalo saya pribadi, kira-kira drama ini 8/10 kali ya. bagus, premisnya cukup menarik, aktingnya si Lee Dohyun bagus banget (soal dia cakep itu lain cerita ya), vibes bapak-bapaknya dapet banget wkwk. konflik yang dibangun juga cukup rapi, perkembangan karakter tiap tokoh cukup smooth dan make sense. yang mungkin agak mengganggu mungkin adegan-adegan khas drakor romance yah, kayak yg too much coincidences gitu, para tokoh yang suka tbtb muncul out of nowhere and everybody is connected wkwk scene-scene khas drakor kayak si cowo nyelametin si cewe dan ended up pelukan, atau sembunyi di lemari berdua trs jadi dugun-dugun, konflik-konflik yang terjadi karna kesalahpahaman, ya scene-scene kayak gitu cukup banyak dan mungkin karena sayanya aja yang gampang cringe, jadinya menurut saya pribadi itu agak ruin the show wkwk 

termasuk scene kaya gini juga.


tapi gapapa, nggak mengganggu-mengganggu banget sih, masih bisa dinikmati. tinggal diskip-skip aja kalo pas adegan semacam itu. dan sebenernya yg mau saya coba tulis disini bukan soal itu. saya pengen merefleksikan aja karna saya pikir ada banyak banget pesan yg bisa saya dapet dari drama ini kalo saya mau mikir. ok let's get them. 


pertama, komunikasi itu puwenting, yas. 

Pak Hong Dae-yong sebelum tbtb jadi muda dan kembali ganteng, hidupnya penuh dengan kesalahpahaman. dia mau cerai sama istrinya karna dia salah ngomong pas mabuk, hidupnya sebenernya berat, tapi dia gapernah mau berbagi sama istrinya jadilah dia jadi bom waktu yang akhirnya meledak menyakiti orang-orang di sekitarnya dan tentu juga dirinya sendiri. dia juga nggak akur sama anak ceweknya karena hobinya ngomel-ngomel melulu, dia kayak ga kenal sama anak cowonya karena kerjanya cuma nyuruh-nyuruh doang tanpa berusaha nanya dari hati ke hati. 


aaaarghh nonton konflik kayak gitu sejujurnya frustrating banget, loh?? saya ngomel-ngomel sama dek ela tentang betapa konflik misunderstanding grgr komunikasi jelek kayak gini tuh dah overused di drakor-drakor. padahal solusinya cuma satu dan udah jelas: ngobrol. komunikasi. dari hati ke hati, tanpa judgement. 


trs dela bilang, ya tapi emang make sense. di kehidupan nyata tuh buanyak banget masalah yang terjadi karna miskom loh. bahkan di hidup kami juga. setelah dipikir-pikir.... iya juga ya. 


sok-sokan bilang gapapa padahal sebenernya papa, sebenernya gamau tapi karna gaenak akhirnya bilang mau, dan jadilah di prosesnya banyak hal-hal gak pas yg terjadi karna ngelakuinnya setengah hati. konflik-konflik sama temen, keluarga, saling marah dan bentak, padahal sebenernya semua orang yang berkonflik itu ya orang baik. niatnya baik. tapi masing-masing punya masalah, dan karena nggak dikomunikasikan dengan baik akhirnya masing-masing berusaha menyelesaikan dengan cara mereka sendiri. dan karena caranya beda-beda, dipersepsikan satu sama lain dengan berbeda juga. jadilah konflik. 


gausah jauh-jauh, kamu sendiri juga sering begitu kan, yas? bukan sekali-dua kali kata-katamu ngga sesuai sama apa yang kamu rasakan dan pikirkan. karena rasa gaenak, takut, kuatir, malu, entah apapun itu alasannya, kamu membuat kesimpulan nggak tepat dan akhirnya keluarlah omongan atau perilaku yg ga sesuai. gausah ngomel-ngomel sama Pak Hong Dae-yong, kamu sendiri juga kayak dia. 


begitu Pak Dae-yong dapet kesempatan jadi muda lagi, dia akhirnya bisa melihat kembali kehidupannya dari sisi yang berbeda. satu proses yang menurutku penting banget disini adalah, dia mendengarkan. saat jadi temen anak-anaknya di sekolah, dia jadi bisa mendengarkan apa yg dipikirkan dan dirasakan mereka dengan lebih jujur. dia mendengarkan tanpa judgement, tanpa perasaan berkewajiban untuk menilai atau ngebenerin anak-anaknya, dan menahan diri dari berkomentar lebih dari sekedar pendengar. dia mendengarkan, dan dari situ dia bisa dapet pemahaman yang lebih baik


bahkan nggak cuma itu, karena dia mendengarkan dan nggak berperilaku melewati batas, justru Pak Dae-yong akhirnya bisa mendengar hal-hal yg dia butuhkan selama ini, yang sebelumnya nggak dia dapatkan. kayak misal, dia bisa denger anaknya berterima kasih dengan tulus ke dia, dia bisa denger istrinya yg ternyata masih sayang sama dia dan ngeliat istrinya senyum lagi, dia juga bisa denger ayahnya ternyata selama ini ngerasa bersalah sama dia dan mendukung dia walopun selama ini gatau. 


seperti yg digambarkan di drama ini, di kehidupan nyata pun aku yakin ada banyak kebenaran yang disembunyikan atau bahkan kebohongan yg dibuat, dengan alasan melindungi orang yg disayangi. hh... padahal kalo dikomunikasikan dengan benar, ada banyak konflik yang bisa dihindari. tapi ya gimana ya, deep down we like conflict and we need it to grow wkwk 


pokoknya yas, seperti juga di drama ini, komunikasi selalu bisa jadi opsi solusi dari berrrbagai macam konflik. mendengarkan dengan tulus, berbicara dengan jujur. ga cuma telinga sama mulutnya aja yang komunikasi, hatinya juga. harus dilapang-lapangke. 


kedua, jangan salah pilih coping stress, yas.

Pak Dae-yong disini digambarkan masa mudanya bersinar-sinar: dia atlet basket SMA yang prestisius dengan potensi masa depan cerah, dia bugar, ganteng, dan primadona sekolah, plus sangat baik hati dan thoughtful. tapi sejak dia married by accident, pontang-panting kerja sana-sini buat istri sama anak kembarnya, akhirnya dia merelakan impiannya jadi atlet profesional di universitas dan milih cari duit aja. sebenernya sampe disini nggak ada yang salah. tapi kemudian, dengan berbagai stressor itu, dia akhirnya berhenti olahraga dan lari ke minum+ngerokok. dari situlah semuanya jadi tambah ruwet. dia jadi nggak sehat, nggak ganteng lagi (sorry not sorry ya pak), kebiasaan minumnya yang makin parah bikin dia jadi tukang marah dan ngomel. sebenernya ini nggak lantas menghapus fakta bahwa dia orang baik, tapi coping stressnya yang buruk itulah yang kemudian bikin dia jadi melakukan hal-hal nggak baik. sedih, kan?? 


sama kayak bapaknya Pak Dae-yong. padahal Dae-yong benci sama bapaknya yang menyembunyikan fakta bahwa ibunya sakit dan bahwa dia stress karena itu, kemudian jadi tukang minum, tukang mara-mara dan tukang gaplok sejak ibunya meninggal. dia bertekad kelak nggak mau jadi ayah kayak ayahnya. turns out, secara ga sadar dia tumbuh kayak ayahnya. nggak mau komunikasi, jadi tukang marah, tukang mabuk, sama aja. 


drama ini memotret dengan jelas gimana coping stress yang salah justru membawa seseorang makin tersesat.  sebenernya di dunia nyata kalo mau diliat lebih jujur, pasti ada banyak kejadian kayak gini. kalo di drama ini mabuk-mabukan, mungkin di cerita orang lain ada yang lari ke narkoba, melampiaskan emosi dengan perilaku agresif, cari hiburan lewat ngabis-ngabisin duit dan tenaga di hal-hal nggak bener, dll dsbg lah.

atau gausah jauh-jauh, kamu sendiri misalnya yas. waktu dulu kamu bikin kesalahan, copingmu malah menghindar. dan tentu aja itu membawamu semakin jauh dari solusi, kamu makin tersesat dalam penyesalan dan nggak memberi kesempatan pada dirimu sendiri untuk bebas dari rasa penyesalan itu karena kamu (secara sadar atau nggak sadar) menolak untuk menyelesaikannya. bener-bener deh. jadi capek sendiri karna lari-larian terus dari masalah. 


wah..

dicatet ya yas. ternyata pr mu banyak juga. 


ketiga, hiduplah disini dan saat ini.

setelah dikasih kesempatan buat jadi muda lagi, Pak Dae-yong jadi punya kesempatan buat melakukan dan meraih banyak hal yang nggak bisa dia lakuin sebelumnya. dia bisa main basket lagi, bahkan dapet tawaran untuk direkrut univ prestisius kalo dia berhasil menang di final. harusnya Pak Dae-yong ni seneng kan, tapi pada akhirnya dia menyadari kalo bukan ini yang dia pengen. dia malah hopelessly berusaha biar kembali ke kehidupannya yang asli, dia pengen kembali hadir jadi suami dan ayah buat anak-anaknya. dia sadar, kebahagiaan dia nggak cuma sekedar basket. seiring berjalannya waktu, ternyata dia menemukan kebahagiaan lebih besar dari melihat anak-anaknya tumbuh besar dan sehat, daripada sekedar menang di turnamen basket. selama ini dia lalai karena terlalu fokus dengan penyesalannya di masa lalu, dan berpikir hidupnya akan jadi lebih baik seandainya dia berhasil meraih mimpinya. hidupnya penuh dengan penyesalan, pikiran dan hatinya tertancap di masa lalu. 


(mengela nafas panjang)

kemampuan untuk hidup di masa ini emang gampang-gampang susah, ya. kayaknya konsepnya ni sederhana, kita cukup hadir dan sadar secara utuh dalam menjalani kehidupan kita di sini, di saat ini, sebaik-baiknya, tanpa penyesalan atas masa lalu dan kekhawatiran berlebihan atas masa depan. masalahnya praktiknya nggak semudah itu. 


adaa aja (kalo gamau dibilang sering), momen-momen dimana kita menyalahkan keadaan yang terjadi atau keputusan yang kita buat di masa lalu, yang bikin kita melihat hidup yang kita jalani saat ini sebagai akibat dari kesalahan, dan kita terjebak di dalamnya. kita menjadikan diri kita sendiri sebagai korban dari masa lalu. 

cobak... ya gimana mau nggak capek, wong hidup sendiri dianggep kesalahan. 


mentalitas korban kayak beginilah yang malah bikin nggak maju-maju. kita ditinggal sama waktu. dhohir kita bertumbuh tapi hati dan pikiran tertinggal di masa lalu. padahal kalo kita mau lebih adaptif, selalu ada alasan untuk kembali menyadari eksistensi keberadaan kita di masa kini. kamu harusnya hadir di disini, di saat ini, bersama dirimu sendiri, untuk bersama-sama menjalani hidup. yang udah kejadian, yaudah.. mau gimana lagi? yang penting sekarang kita coba perbaiki pelan-pelan ya, yas... dan kesalahan-kesalahan kita di masa lalu nggak seharusnya jadi penghalang untuk kita ambil kesempatan-kesempatan baik di masa ini. nggak ada yang salah dari bertumbuh, kok. 


***

setelah nonton ini, ada satu pertanyaan yang sebenernya mau saya tanyain ke dek ela for fun. kalo punya kesempatan buat balik jadi muda lagi, mau balik jadi umur berapa dan kenapa? 


tapi belum sempet saya tanyain, saya malah tenggelam sendiri dalam pertanyaan itu. 


if you got a chance to be young once again, what would u do? 


lho, kok if?

i am young. i still am young. 


saya 24 taun, dan itu masih sangat muda. maksudnya, kalo saya bayangkan saya di umur 40 atau 50an, kembali ke umur 24 taun tentu akan sangat menyenangkan. saya punya fisik yang masih sangat sehat dan bugar, saya masih bisa jalan-jalan kemana-mana sendiri tanpa memusingkan soal kerjaan, belum pusing ngurusin anak, dan nggak khawatir mati kecapean. ingatan saya masih cukup baik, saya masih punya tenaga buat ibadah semau-mau saya, orangtua saya dua-duanya masih ada dan sehat, saya punya banyak kesempatan buat berbakti. mas dan adek-adek masih sehat, kami masih saling guyon dan berkomunikasi dengan jujur dan baik. temen-temen saya meskipun nggak banyak-banyak amat tapi kami masih saling menyayangi. saya punya support system yang kokoh dan selalu dukung apa-apa yg saya mau lakuin. buanyaaaaak banget hal yg bisa saya lakukan sebagai yasmin berusia 24 taun. dan kenapa saya masih pengen balik ke masa lalu? saya saat ini adalah masa lalu dari diri saya di masa depan. poinnya adalah, apakah saya masa depan akan menyesali hidup saya saat ini? 


nah. kan.

kamu hanya perlu menjalani hari ini dengan seutuh-utuhnya, yas. 

kamu ngga perlu keajaiban atau kekuatan super untuk kembali jadi dirimu di masa lalu. 

segala hal, yang terjadi saat ini di kehidupanmu, semuanya adalah keajaiban. tinggal apakah kamu memilih untuk melihatnya seperti itu atau enggak. 


makasih ya, yas.

emang hal-hal begini kadang hanya bisa disadari waktu kamu mau meluangkan waktu buat ngobrol sama diri sendiri kaya gini. besok kalo pas lupa ya bikin kesalahan lagi.

gapapa. 

jangan capek untuk kembali, ya. 


terakhir, makasih banyak buat drama 18 Again yang eyes-opening, dan terutama pada Mas Lee Dohyun yang ganteng.

masyaAllah ciptaanMu

Komentar