Langsung ke konten utama

nangis boleh, kok

Nangis itu bukan tolok ukur kuat-lemahnya seseorang, kok. Nangis bukan berarti kamu lemah.

Ada yang bilang, mungkin yang menangis sudah lelah diam. Mungkin yang diam sudah lelah menangis.
Bener, nggak?

"Lemah banget sih, gini aja nangis."
Familiar?
Mungkin kamu pernah dengar kalimat itu keluar dari mulut orang lain buat kamu, atau dari mulutmu buat orang lain, atau malah kamu denger dari mulutmu dan buat diri kamu sendiri?

Lalu kamu cepat-cepat hapus air matamu yang kemudian segera menetes lagi yang lainnya. Menetes lagi. Lagi. Dan kamu terus-terusan menyalahkan dirimu sendiri karena kamu begitu lemah, nggak dewasa, cengeng, baperan, drama.... apa lagi? Coba, bagaimana lagi kamu mengolok diri kamu sendiri?

Kamu pun mulai tersedu seiring dengan kutukan demi kutukan yang kamu lontarkan pada dirimu sendiri. Entah sadar atau nggak, memaki diri adalah satu-satunya cara yang tersisa bagimu untuk terlihat kuat, setidaknya di depan dirimu sendiri.

Kamu selalu berusaha menolak kesedihan dan kekecewaan itu datang. Kamu nggak bisa menerima mereka. Kamu mati-matian meyakinkan dirimu sendiri kalau kamu baik-baik aja. Kamu seharusnya kuat, kamu seharusnya selalu benar, kamu seharusnya nggak melakukan kesalahan, jadi seharusnya kesedihan atau kekecewaan atau apapun itu yg membuatmu harus meratap, seharusnya mereka nggak pernah datang.

Padahal dari mana datangnya semua 'seharusnya' itu kalau bukan dari kamu sendiri?

"Nangis nggak akan bikin masalahmu selesai. Daripada buat nangis, mending energi sama waktunya dipake buat mikir jalan keluarnya."

Kenapa, sih, orang-orang selalu terburu-buru ingin segera menuntaskan semua hal? Kenapa? Apa salahnya rehat sebentar? Bernafas. Diam dulu. Refleksi. Sedih. Nangis sedikit. Banyak juga boleh.

Jadi kuat juga butuh istirahat.

Jadi, yas, ada dua macam strategi coping stress: emotion-focused coping dan problem-focused coping. Flight sama fight. Yang pertama fokus ke emosi, cari temen cuma buat dengerin sambatan, ngetweet marah-marah, nangis, makan yang enak-enak, nonton film, berdoa, apapun yg bisa bikin perasaanmu lebih baik. Sampe kamu lupa atau nggak ngerasain lagi sumpek dan sedih karena masalahmu. Yang kedua fokus ke masalahnya. Inilah kenapa disebut fight, karena kamu langsung ambil langkah gimana caranya biar masalahmu selesai. Bikin planning, diskusi sama orang yang kamu anggap bisa kasih solusi terbaik, hadapi masalahmu, selesaiin.

Mana yang paling bener dilakukan ketika kamu sedih, kecewa, dan stress karena masalahmu?
Nggak ada. Semuanya baik. Semuanya bener, ketika dilakukan beriringan dengan porsi yang tepat.

Nah, porsi yang tepat itu seberapa?
Jawaban itu akan kamu dapat dari dirimu sendiri, tergantung seberapa jauh kamu kenal sama dirimu sendiri. Bisa nggak sih kamu terus berhadapan sama masalahmu, sambil terus membusungkan dada dan berusaha sekuat tenaga menyembunyikan bahwa kamu capek dan sedih? Ketika hal buruk terjadi karena kamu melakukan kesalahan, apa kamu mau terus-terusan menyangkal kekecewaanmu pada dirimu sendiri dengan melarang tangis itu datang, karena kamu nggak mau mengasihani diri sendiri? Nggak mau terlihat lemah dan nggak kompeten membereskan masalah-masalah yang kamu buat sendiri?

Padahal hal pertama yang perlu dilakukan untuk menghadapi masalah adalah menerima bahwa kamu nggak baik-baik aja. Iya, kamu nggak sedang baik-baik aja. Kamu mungkin melakukan kesalahan. Orang-orang mungkin kecewa sama kamu, atau mungkin mereka yang mengecewakanmu. Atau mungkin dunia memang nggak selalu berjalan seperti yang kamu harapkan. Tentu saja itu membuatmu sedih. Capek. Marah. Pusing.

Dan itu nggak apa-apa.

Kamu mau nangis? Nangislah.
Kamu mau marah? Marahlah.
Kamu capek dan mau rehat dulu? Rehatlah.
Kamu nggak jadi lemah hanya karena kamu nangis. Setiap orang kan punya strategi mereka sendiri-sendiri. Kenali strategi terbaikmu. Apa yang kamu butuhkan. Apa yang paling bisa bikin kamu lega dan merasa lebih baik. Mungkin beberapa orang memilih jajan yang enak-enak. Atau cerita ke temen atau ibu. Atau bikin story dan tweet sambat bahkan penyemangat. Atau mungkin jalan-jalan. Dan mungkin memang caramu dengan nangis dulu. Diem dulu. Nggak apa-apa. Nggak ada yang salah.

Selesaikan dulu urusanmu sama hatimu, sama dirimu sendiri. Kalau udah enakan, baru kita pikir pelan-pelan, "nah, apa yang bisa aku lakukan sekarang?"

Mungkin kamu nggak akan bisa sepenuhnya mengusir sedih dengan nangis. Tapi itu udah langkah awal yang berani, kok. Berani mengakui kalau kamu memang nggak sempurna dan kamu tetap menerima dirimu yang seperti itu. Peluk saja rasa sedih dan kecewamu. Berdamailah. Ajak mereka, sebagai bagian dari dirimu, untuk bersama-sama melangkah dan menghadapi masalah bersama. Sama kayak anak kecil, kadang-kadang mereka memang mengganggu, tapi ketika kamu bisa kasih pengertian dan bersahabat dengan mereka, mereka bisa kok diajak kerja sama. Bisa diarahkan.

Yuk, jangan terus pura-pura kuat.
Nggak apa-apa. Banyak hal memang nggak selalu sesuai sama apa yang kita mau. Memang begitu cara kerja dunia.
Tarik napas sebentar. Capek itu wajar, istirahatlah.

Istirahat nggak membuatmu gagal menjadi pejuang, kok. Yang terpenting, setelah kamu udah bisa berdamai sama diri kamu sendiri, kamu bisa kembali berdiri dan mulai hadapi masalahmu dengan hati yang lebih enteng. Kamu lebih jujur menghadapi masalahmu, dan sepertinya dengan begitu akan lebih mudah, kan?

Yuk, berhenti melakukan penyangkalan.
Nggak apa-apa. Kamu mungkin melakukan kesalahan ini dan itu, tapi bukannya memang begitu cara kerja manusia?
Tarik napas sebentar. Nggak apa-apa, kamu bukannya gagal, kamu cuma perlu diam sebentar, cari lagi dan akui kesalahan-kesalahanmu. Kalau sudah ketemu, kamu bisa belajar dari itu, kan?

Orang hebat itu bukan mereka yang nggak pernah berhenti berperang. Orang hebat itu, mereka yang tau kapan harus berperang, dan kapan harus berhenti dulu untuk istirahat ketika mereka lelah.

Semangat ya, aku.
Terima kasih udah bertahan. Terima kasih udah mau jujur. Terima kasih udah menulis ini.

Kamu mungkin melakukan banyak kesalahan kemarin, mungkin kamu akan melakukan kesalahan yang lain lagi besok. Nggak apa-apa. Itu tandanya kamu udah mencoba. Belajar ya, aku.

Mungkin besok lebih mudah, mungkin juga lebih berat. Mungkin besok kamu bahagia, mungkin juga sedih atau kecewa. Nggak apa-apa. Semuanya butuh proses, termasuk kedewasaan dan pemahaman. Apapun yang kamu lakukan kemarin, meski salah, meski kadang keliru, semuanya nggak ada yang sia-sia. Kamu sedang belajar, sedang berproses. Jangan buru-buru, lakukan saja pelan-pelan.

Meski nggak mudah, aku tau kamu bisa bertahan. 

Komentar