Langsung ke konten utama

Tanya dari Awan

Rumput-rumput bergoyang di bawah punggungku, angin berdesir di sekitarku. Di atas sana, segumpal awan menatapku heran.

"Apa yang kau lakukan disini, anak muda?"

Aku balik memandangnya. Ah, ia tak akan mengerti betapapun aku menjelaskan.


"Menghindari masalah, eh?" ia mencibir menyebalkan. Menyebalkan sekali. Lalu tiba-tiba nadanya melembut, "Jangan lari.. Karena sejauh apapun kamu lari, kamu tak akan bisa sembunyi. Kamu hanya menunda untuk tertangkap. Padahal, semakin lama kamu tertangkap, semakin lama masalah akan selesai, kan?"

Nah, kan. Dia tak akan mengerti.

"Hadapi saja. Kamu tak tau apa yang akan terjadi besok."

Dia malah mendalih. Dan aku semakin tak mengerti. Fyuuh... Semakin sulit saja rasanya. "Aku bingung."

"Ya, aku tau kau bingung." dia menghela nafas panjang, seperti yang kulakukan tadi. "Ketika kau hendak menyerah, pernahkah kau berpikir untuk apa kau bertahan selama ini? Jika kau ingin menyerah, mengapa bukan dari dulu saja? Lalu dengan begitu waktumu selama ini tak akan menjadi kesia-siaan karena kau terus bertahan tanpa keyakinan, kan?"

Senyap.

"Sudahlah, jalani saja apa yang ada di depanmu.  Bukankah dengan begitu semua akan terasa lebih mudah? Bagunlah. Tak ada gunanya berlama-lama disini. Bangunlah. Masih banyak hal yang perlu ka selesaikan."

Tau-tau aku sudah berdiri saja. Desau angin semakin keras kita aku berjalan menjauh.

Komentar