Langsung ke konten utama

Aku Benci Kamu

Aku benci kamu.
Kamu mengembalikan semua kenangan tentang dia yang sekian lama telah aku (coba) untuk lupakan. Setelah segala usahaku, setelah segenap ikhtiarku, kau datang tiba-tiba dan membuat mereka bermunculan kembali. Sungguh, aku membencimu.

Aku benci kamu.
Karena dari matamu aku bisa melihat dia beserta segala tentangnya. Kamu tidak tahu betapa sulitnya menghilangkan bayangan mata itu dari memoriku. Setelah bayangan itu telah perlahan-lahan menjadi semu dan hampir menghilang, kau membuatnya sangat jelas kembali. Sungguh, aku membencimu.

Aku benci kamu.
Kamu hanya diam disana, namun dengan melihatmu dari jauh saja kamu telah mampu meruntuhkan benteng pertahananku. Padahal, kau tahu, untuk mendirikan benteng (yang aku rasa --sejauh ini, sudah cukup kuat dan kokoh) ini, butuh waktu dan pengorbanan yang cukup sangat besar. Setelah semua waktu dan pengorbananku, kau meruntuhkannya begitu saja. Sungguh, aku membencimu.

Aku benci kamu.
Kamu tak pernah berkata "milikilah aku". Namun sorot matamu memaksa dan menekanku, sehingga lidah ini tak berani membantah. Begitu pula hati ini. Sorot matamu mengendalikanku. Ya, keseluruhan dariku. Aku tak berkutik di hadapanmu. Sungguh, aku membencimu.

Aku benci kamu.
Sebuah lubang kosong tepat di tengah hatiku --yang dulu ia tinggalkan, baru saja hendak aku tambal. Sedikit lagi, dan serentetan kenangan lama itu akan berhenti mengganggu nyenyaknya tidurku. Namun kau datang terlalu cepat. Hendak mengambil alih kekosongan itu untuk kau tempati. Aku tak mau. Aku tak mau kau bermukim disana lalu pergi tiba-tiba --seperti yang ia lakukan dulu, dan meninggalkan lubang dengan kekosongan yang lebih besar lagi. Tentu itu akan semakin menyakitiku. Tidurku tak akan lagi menemukan kata nyenyak jika itu terjadi. Sungguh, aku membencimu.

Aku benci kamu.
Sudah cukup aku mencicipi apa itu 'kehilangan' dan 'rasa sakit' darinya. Cukup. Aku sudah kenyang dibuatnya. Dan kamu, jangan coba-coba memaksaku untuk mencobanya kembali. Atau aku akan lebih membencimu dari apa yang telah aku tulis disini.

Sungguh, aku membencimu, wahai kura-kura yang dijual dan dipampang bebas di jalanan kota waktu sewelasan. Gara-gara kamu, aku jadi inget alm. Totong gantengkuuuuuu :'( Aku pengen beli kamu, tapi tidak ! Aku trauma. Sudah cukup aku menyayangi Totong dengan sepenuh hati lalu kehilangan dia. Tak perlu ada Totong-Totong lain di hidupku. Cukup.


***
This post just wastes your time. Oh iya, mau tau Totong itu siapa ? Bisa buka di sini.

Komentar

Posting Komentar