Langsung ke konten utama

Selamat Jalan...

Udah dua minggu ini dia kelihatan nggak semangat hidup. Ia selalu kelihatan lesu bahkan tak merespon ketika dihadapkan makanan paling enak yg dia sukai sekalipun. Entah apa alasannya, saya nggak tahu. Mungkin dia abis ditolak? Atau diputusin? Atau dia jadi korban php? Only God knows.

Saya selalu coba menghiburnya dengan ngajak ngobrol atau bersenandung di sampingnya. Tapi dia tetap bergeming. Matanya menatap kosong seakan dia udah kehilangan tujuan hidup. Ternyata suara saya semakin membuatnya ingin mati. Sebagai orang terdekatnya, saya merasa gagal.


Saya udah kehabisan akal. Kalau aja saya tau apa yang dia inginkan, sebisa saya akan saya penuhi. Tapi ia nggak pernah mau bicara. Apa dia nggak suka sama saya? Atau dia malas lihat wajah kucel saya? Atau dia terganggu dengan bau kaki saya? Saya nggak pernah tau.

Jika memang dia nggak suka saya, kenapa dia nggak bilang dari awal? Saya kan nggak harus nunggu ketidakpastian kayak gini. Malah dia sekarang diam seribu bahasa bikin saya semakin nggak ngerti sama dia. Ya, dia emang misterius.

Puncak dari segala kebingungan saya atas tindak tanduknya adalah, ketika saya pulang les tadi senja. Niatnya, saya akan kembali menghiburnya agar setidaknya ia mau makan barang secuil. Tapi, betapa kagetnya saya ketika nggak menemukan batang hidungnya di tempat biasanya ia merenung. Saya mencari di sekitar sana sambil terus memanggil namanya, namun ia nggak juga memperlihatkan diri. Saya panik, sangat panik. Saya tanya pada orang-orang di sekitar sana.

"Mpun mati, wau sore. (Udah mati, tadi sore.)" Aad, 11 tahun, saksi mata.

Saya merasa bumi berhenti berotasi.

Waktu berhenti berputar.

Sunyi.

Tiba-tiba dunia terasa kelam..

Suram..

Saya kehilangan arah.

Saya menanyakan kronologi lengkap bagaimana ia pergi meninggalkan dunia. Suara saya bergetar. Kalian tau, ini adalah hal yang sangat berat untuk bisa saya terima.

Aad, saksi mata, bercerita yang secara garis besar intinya adalah, Kindy, saksi mata lainnya, menyadari bahwa ia yang saya sayangi sore itu nggak mau bergerak walaupun sudah didorong-dorong. Matanya terpejam, kepala dan tangannya lemas.

Mata saya terpejam, kepala dan tangan saya lemas. Saya nggak mengerti apa yang dia lakukan. Dia bunuh diri? Gantung diri? Menyilet-nyilet pergelangan tangannya? Mengempaskan kepalanya di kaca? Atau menceburkan kepalanya di dalam air? Tidak, cara terakhir tak mungkin berhasil. Dia amphibi.

Ketika saya tanya dimana jenazahnya, Aad menjawab,

"Wau dibuang kalih Abi ting sawah (Tadi dibuang sama Abi di sawah,),"

Malangnyaaaa.. :'(

Saya nggak menyangka, hidupnya harus berakhir seperti ini. Walaupun saya kenal dia baru kurang lebih 2 bulan, tapi bagi saya, ia amat berharga. Saya nggak akan lupa caranya membuat saya tertawa, caranya membuat saya geli, caranya menggigit tangan saya, caranya menyembunyikan wajah malu ketika kami pertama bertemu. Saya nggak akan lupa caranya membuat saya nggak lupa padanya.

Selamat jalan, Totong :')

Kamu adalah kura-kura terganteng yang pernah saya punya :')
posted from Bloggeroid

Komentar