Langsung ke konten utama

Udah, Baca Aja

Kami tergesa. Berlari membelah rimbunnya semak belukar dan rapatnya pokok-pokok pohon. Keringat kami mengucur deras. Nafas kami saling memburu. Ingin rasanya berhenti sekejap sekedar menenggak air putih atau menyusun ulang nafas kami, namun kami diburu waktu. Bahkan satu detik terlalu berharga untuk dibuang. Asap merah dan deru motor yang memekakkan telinga itu terasa semakin dekat. Mengejar. Tanpa ampun menghajar apapun yang menghalangi mereka untuk menjangkau kami.

Anak itu. Anak yang mendengkur di gendongan Sang-Detektif-dari-Timur. Peliharaannya yang ada di tangan Sang-Detektif-dari-Barat. Anak itu dan peliharaannya lah target mereka, geng-motor-berasap-merah. Demi keselamatan 2 makhluk mungil itu kami mati-matian berlari, mengindari gencetan motor-motor hitam metalik berasap merah yang ganas dan kejam. Demi menyelamatkan 2 nyawa makhluk mungil itu.

Kami terus berlari. Seakan kami tak akan peduli seandainya kaki kami patah karenanya. Seakan kami tak akan peduli seandainya harus mati karenanya. Lebih baik mati daripada harus menyerah.

Tapi... Tidak juga. Bagaimanapun kami harus menemukan tempat bersembunyi barang beberapa detik.

"Masuk ke gedung itu!" Sang-Detektif-dari-Barat memberi komando. Tanpa berpikir panjang, kami berbelok dan masuk ke sebuah gedung yang entah kenapa tiba-tiba ada disana.

"Perpustakaan! Masuk ke perpustakaan!" giliran Sang-Detektif-dari-Timur memberi komando. Ya, ini gedung sekolah. Aku sangat mengenali gedung ini. Bagaimanalah, ini tempatku belajar dan tertidur 6 hari seminggu, 7 jam sehari.

Kami melesat ke lantai 2, masuk ke perpustakaan. Pintar juga detektif itu. Dengan masuk ke perpustakaan, akan cukup mempersulit gerak motor-motor besar itu untuk mengejar kami. Ruangan penuh rak tinggi dan buku lapuk dimana-mana. Satu lagi. Bau buku tidak cocok untuk anak nakal dan malas semacam mereka.

Kedua detektif itu beserta teman perempuan masing-masing memilih berlari ke arah lain untuk mengecoh anggota geng motor.

Kami bersembunyi di balik rak-rak buku dan di bawah meja kursi baca. Menunggu mereka cepat pergi dan hal baik datang.

Inilah hal baik itu.

Siswa-siswi sekolah ini duduk berjajar rapi di lapangan, di bawah naungan tratak. Aku baru mengerti, bahwa sebenarnya geng motor itu adalah kelompok pendendam, dan mereka dendam pada sekolah ini, sekolahku. Itulah alasan kenapa siswa-siswi sekolah ini duduk berbaris manis disana, di lapangan bola. Ini adalah perundingan perdamaian.

Meskipun cukup sulit meminta mereka untuk ikut duduk manis dan mengikuti prosesi perundingan perdamaian dengan tenang, akhirnya perundingan itu dimulai. Demi keamanan, ketua OSIS dan bendaharanya membentangkan police line darurat yang terbuat dari dasi-dasi yang setiap ujungnya saling mengikat di depan barisan siswa-siswi. Tak memakan waktu lama, perundingan itu selesai. Kedua belah pihak menandatangani surat perjanjian damai. Sekolah itu, sekolahku pemenangnya. Orang-orang bersorak senang.


"Kita menang!" seruku bahagia pada kedua sohibku yang sedang duduk santai berhadapan di dalam perpustakaan.

Mereka tak memberi respon, malah meneruskan permainan kartu mereka.

Aku mengangkat bahu.

Terdengar keributan di bawah. Kulongokkan kepalaku keluar, mencari tahu apa yg terjadi.

Ooh, acara Kartinian. Kulihat beberapa pasang siswa junior mengenakan pakaian adat sedang berlenggak-lenggok di atas panggung. Lucu sekali melihat mereka...

Hei, tunggu! Tanggal berapa sekarang?

Ah, sudahlah. Aku masuk kembali ke perpustakaan, sampai keributan lain datang. Aku melongok keluar, mencari tahu apa yang terjadi. Lagi.

Ooh, fashion show telah usai. Sekarang ada kontes menyanyi rupanya. Kulihat 3 wanita 20 tahunan, sedang menunjukkan kebolehan mereka.

"...diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, HAP! Lalu ditangkap..."

Tak hanya menyanyi, mereka juga menari. Tapi, rupanya penonton tak terhibur dengan penampilan mereka. Seruan "huuuu" panjang membahana, membuat 3 wanita itu malu lalu melesat turun dari panggung.

Semua terasa aneh disini.

*

Itu versi alay nan panjang. Ini versi apa adanya.

*

Aku, Shinichi, Heiji, Kazuha, Ran, Fira, Putri, Besti, Bagaskara, Della, Achak, dan Lia, nyelametin anak ayam sama anak kecil 5 taunan dari geng bermotor yg asapnya merah. Tadinya oyak-oyakan di hutan, terus sembunyi di perpus lama, muter-muter di rak buku. Kalo ada anggota geng motornya lewat pada sembunyi di kolong kursi sama meja. Waktu itu Shin, Heiji, Ran, sama Kazuha udah bawa anak ayam sama anak kecilnya sembunyi entah kemana. Geng motornya reng-rengan di Spero. Piye ceritane, ternyata mereka anak-anak yg dendam sama spero. Njuk anak-anak kelas 78 pada duduk di lapangan, ada trataknya. Sabil sama Gilang berdiri di depan anak kelas 78 bawa dasi yg dirangkai jadi semacam police line. Terus ada kayak perjanjian damai antara 2 belah pihak, yg akhirnya damai terus mereka pergi. Njuk spero menang. Terus aku cerita ke Joe sama Kadhe tp mereka ngacangi aku njuk malah mainan kartu remi. Terus tiba-tiba ada acara kartinian. Anak-anak kelas 7 pada fashion show di panggung. Njuk ada kontes menyanyi. Ada mbak-mbak 3 orang nyanyi cicak-cicak di dinding sambil ada gerakannya. Tp di-huuu sama penonton.

***

Mimpi aneh Jumat malam, 14 Juni 2013.

This post just wastes your time. Thank you for reading ^^
posted from Bloggeroid

Komentar